Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Contoh Penelitian Tindakan Kelas BAB 1 Guru Kelas SD


A.    PENDAHULUAN

1.      Latar Belakang Masalah

Pembelajaran adalah proses yang diselenggarakan oleh guru untuk membelajarkan siswa dalam belajar bagaimana belajar memperoleh dan memproses pengetahuan,  keterampilan,  dan  sikap.  Pembelajaran  juga menimbulkan interaksi belajar-mengajar antara guru dan siswa, dimana siswa tersebur merupakan kunci terjadinya perilaku belajar dan ketercapaian sasaran belajar.

Pembelajaran yang baik adalah ketika tujuan pembelajaran dapat tercapai. Ketercapaian suatu tujuan ditentukan dari penyampaian materi pembelajaran yang diberikan oleh guru dan hasil belajar dari siswa. Oleh karena itu, guru harus memiliki berbagai macam cara agar materi pembelajaran yang disampaikan dapat dengan mudah dipahami oleh siswa. Pembelajaran yang baik itu tentunya mengikuti komponen-komponen pembelajaran yang sudah ada. Adapun komponen pembelajaran terdiri dari tujuan pembelajaran, bahan pembelajaran, media pembelajaran, strategi pembelajaran, dan evaluasi pembelajaran. Komponen-komponen tersebut saling berkaitan satu sama lainnya. Diibaratkan sebuah mobil jika mobil tersebut kekurangan salahsatu bagian misalnya ban atau yang lainnya, mobil tersebut akan tetap disebut mobil hanya saja mobil itu tidak akan berjalan dengan baik. Begitu pula dengan pembelajaran jika salahsatu dari komponen pembelajaran itu tidak digunakan atau kurang dimaksimalkan maka dapat dikatakan bahwa pembelajaran tersebut kurang sempurna, dan hal tersebut akan memperlambat untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu, guru harus terlebih dahulu memahami setiap bagian dalam komponen pembelajaran sehingga pembelajaran yang dilakukan dapat berjalan sesuai dengan tujuan yang diharapkan.

Salahsatu komponen pembelajaran yang seringkali dikesampingkan oleh guru adalah media pembelajaran. Media pembelajaran sendiri menurut Heinich (dalam Susilana dan Riyana, 2009, hlm. 6) yaitu „alat saluran komunikasi‟, yang berarti bahwa media merupakan alat komunikasi yang digunakan oleh guru untuk menyampaikan pesan khususnya berupa materi pembelajaran. Menurut Gerlach dan Elli (dalam Tim Pengembang MKDP, 2006, hlm. 172) „media itu meliputi orang, bahan, peralatan, atau kegiatan yang menciptakan kondisi yang memungkinkan siswa memperoleh pengetahuan, keterampilan dan sikap‟. Selain itu, Miarso (dalam Susilana dan Riyana, 2009, hlm. 6) juga mengemukakan bahwa media adalah „segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan siswa untuk belajar‟.

 

Berdasarkan beberapa pernyataan tersebut maka dapat dikatakan bahwa media pembelajaran merupakan segala sesuatu yang ada dilingkungan meliputi orang, bahan, peralatan, atau kegiatan yang dapat dijadikan sebagai alat komunikasi untuk menyampaikan pesan sehingga merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan siswa untuk belajar.

Media pembelajaran memiliki berbagai macam jenis yaitu media audio, media visual dan media audio-visual. Salahsatu media pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran yaitu media video pembelajaran. Video merupakan salahsatu media pembelajaran yang termasuk ke dalam media audio- visual. “Video merupakan serangkaian gambar gerak yang disertai suara, membentuk satu kesatuan yang dirangkai menjadi sebuah alur, dengan pesan- pesan didalamnya untuk ketercapaian tujuan pembelajaran yang disimpan dengan proses penyimpanan pada media pita atau disk” (Primavera dan Suwarna, 2014, hlm. 123). Media pembelajaran jenis audio-visual berupa video pembelajaran dapat dikemas semenarik mungkin dan menjadi media yang dapat digunakan dalam pembelajaran IPA secara terus-menerus serta dapat disesuaikan dengan materi yang akan dipelajari.

Pemilihan penggunaan media pembelajaran juga perlu memperhatikan perkembangan psikologi anak, khususnya yang berada pada jenjang pendidikan sekolah dasar dimana dalam pembelajarannya siswa SD berada pada pembelajaran yang bersifat kongkret. Hal ini disesuaikan dengan tingkat perkembangan intelektual yang dikemukakan oleh Piaget. Menurut Piaget (dalam Widodo, Wuryastuti, dan Margaretha, 2007, hlm. 2) bahwa „pada perkembangannya, anak selalu menafsirkan apa saja yang mereka lihat, rasakan atau dengar sesuai dengan apa yang dapat mereka cerna dalam pikirannya‟.

Adapun tingkat perkembangan intelektual tersebut dibedakan menjadi  empat tingkatan di antaranya yaitu pada tingkatan sensori motor dimulai dari anak baru lahir sampai dengan anak umur sekitar 2 tahun, tingkatan praoperasional mulai dari sekitar umur 2 tahun sampai 7 tahun, tingkat operasional konkret pada umur sekitar 7 tahun sampai dengan 11 tahun dan tingkatan operasional formal dimulai dari umur sekitar 11 tahun sampai dengan dewasa. Berdasarkan tingkat perkembangan intelektual anak, siswa SD berada pada tingkatan operasi konkret

dimana pada tingkatan ini seorang anak masih berpikir atas dasar pengalaman konkret atau nyata. Oleh karena itu, untuk mengembangkan pemahaman siswa mengenai materi pelajaran maka dibutuhkan benda-benda yang konkret. Dengan menggunakan media pembelajaran maka akan dapat membantu siswa memahami suatu ide yang bersifat abstrak dan membantu siswa dalam meningkatkan hasil belajar.

Berdasarkan pemaparan tersebut dapat dikatakan media pembelajaran dibutuhkan dalam proses pembelajaran di kelas, jika media yang digunakan dapat menarik perhatian siswa dan siswa dapat dengan mudah memahami materi pelajaran tersebut, maka hal tersebut dapat mempengaruhi hasil belajar. Hasil belajar dapat dikatakan sebagai tolak ukur keberhasilan dari kegiatan pembelajaran di kelas. Mager (dalam Tawil dan Liliasari, 2014, hlm. 4) menyatakan bahwa „hasil belajar seorang siswa dinyatakan dalam terbentuknya tingkah laku sebagai hasil dari proses belajar yang telah dialami oleh siswa tersebut‟. Lain halnya dengan yang dikemukakan oleh Sudjana (dalam Tawil dan Liliasari, 2014, hlm. 5) bahwa

Keberhasilan dalam belajar mengajar dapat diukur dari dua segi yaitu segi proses belajar dan hasil belajar. Proses belajar artinya keberhasilan belajar terletak pada proses belajar siswa dalam keberhasilan belajar siswa, sedangkan hasil belajar siswa diperoleh dari sebagai akibat proses belajar.

Dengan demikian, proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Oleh karena itu, dalam proses pembelajaran guru harus dapat memberikan kegiatan pembelajaran yang baik, yang mampu meningkatkan hasil belajar siswa.

Pengaruh adanya media pembelajaran jenis media audio-visual ini sebelumnya pernah diterapkan pada beberapa penelitian di antaranya penelitian yang dilakukan oleh Maulidasari, V. R.(2015) dengan judul “Penerapan Media Audio-visual Terhadap Hasil Belajar Siswa pada Materi Sistem Pernapasan Manusia dan Hewan (Penelitian Eksperimen terhadap Siswa Kelas V di Kecamatan Sumedang Utara Kabupaten Sumedang).” Hasil dari penelitian tersebut mencapai taraf signifikasi α = 0,05, yang salahsatunya menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan media audio-visual dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi sistem pernapasan manusia dan

hewan. Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Al fasyi, M.C.(2015) dengan judul “Pengaruh Penggunaan Media Video terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV SD Negeri Ngoto Bantul Yogyakarta”, dapat dikatakan penelitian tersebut mendapatkan pengaruh positif dimana hasil post-test pada kelas eksperimen lebih besar yaitu 82,36 dibandingkan dengan kelas kontrol yaitu 76,18, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh positif penggunaan media video terhadap hasil belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri Ngoto Bantul Yogyakarta.

Tidak hanya pada penelitian eksperimen, penggunaan media audio-visual pun dapat diterapkan pada penelitian tindakan kelas. Sebagaimana yang dilakukan oleh Mirandra, M. (2012) dengan judul “Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Materi Daur Air melalui Penggunaan Media Audiovisual di Kelas V SDN 28 Tibawa Kecamatan Tibawa Kabupaten Gorontalo”, pada penelitiannya dilakukan sebanyak 2 siklus, persentase keberhasilan siswa dalam pra tindakan, siklus I maupun II selalu mengalami peningkatan yaitu pada pra tindakan siswa yang tuntas sebesar 33,33% dalam siklus I meningkat menjadi 83,33% dan pada siklus II kembali meningkat menjadi 94,74%.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan tersebut dapat dikatakan media pembelajaran jenis audio-visual berupa video pembelajaran dapat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa dan media video tersebut dapat diterapkan pada materi pembelajaran IPA namun disesuaikan dengan yang akan dipelajari. Dalam penelitian ini materi pembelajaran IPA yang digunakan yaitu pada materi hubungan antara makhluk hidup dalam ekosistem. Pemilihan materi pembelajaran yang berfokus pada ekosistem dan rantai makanan beserta peran komponennya ini dikarenakan materi tersebut terbilang abstrak bagi siswa karena tidak semua siswa mengetahui sebuah tempat atau ekosistem terdapat beberapa makluk hidup yang saling membutuhkan yang membetuk sebuh rantai makanan. Oleh karena itu, untuk menyampaikan materi ini seorang guru membutuhkan sebuah alat atau media pembelajaran yang lebih inovatif seperti media audio-visual berupa video pembelajaran, karena biasanya guru menggunakan media gambar dalam penyampaian materi tersebut.

Oleh karena itu, untuk mengetahui apakah media pembelajaran audio-visual jenis video dapat diterapkan pada pembelajaran IPA materi peristiwa alam gunung meletus dan juga dapat mempengaruhi hasil belajar atau tidak, maka peneliti perlu menguji permasalahan tersebut. Dengan demikian, berdasarkan permasalahan tersebut maka akan dilakukan penelitian dengan judul “Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Tentang Hubungan Antar Makhluk Hidup Dalam Ekosistem melalui Penggunaan Media Video Pembelajaran Interaktif di Kelas V SDN 4 PAAS”.

2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan paparan latar belakang di atas, dapat diidentifikasi permasalahan yang terjadi, diantaranya:

  a. Nilai rata-rata kemampuan siswa juga masih dibawah standar yang diharapkan sehingga belum mencapai Ketuntasan Kriteria Minimum

     b. Kreativitas siswa kurang terukur

     c. Siswa kurang bersemangat dalam proses pembelajaran

3. Analisis Masalah

Berdasarkan hasil identifikasi permasalahan di atas, penyebab terjadinya masalah tersebut diantaranya :

     a. Guru hanya menggunakan metode ceramah, tanya jawab dan penugasan

     b. Guru tidak menggunakan model pembelajaran yang bervariasi

     c. Guru tidak menggunakan media pembelajaran yang inovatif

     d. Guru kurang memberikan motivasi kepada siswa

     e. Siswa cepat merasa bosan dalam belajar

     f.  Guru kurang memicu dan mengembangkan kreativitas siswa

4. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas, maka yang menjadi

rumuskan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

    a. Bagaimana  keaktifan  siswa  dalam  pembelajaran  IPA tentang hubungan antara makhluk hidup dalam ekosistem melalui  Media Video Pembelajaran Interaktif di kelas V SDN 4 PAAS?

    b. Bagaimana peningkatan kreativitas  siswa pembelajaran IPA tentang hubungan antara makhluk hidup dalam ekosistem setelah  menerapkan  media video pembelajaran interaktif di kelas V SDN 4 PAAS?

     5. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

    a. Untuk  mengetahui  aktivitas  siswa  dalam  pembelajaran  IPA tentang Hubungan Antara Makhluk Hidup Dalam Ekosistem  melalui penerapan media Video Pembelajaran Interaktif di kelas V SDN 4 PAAS.

    b. Untuk mengetahui peningkatan kreativitas siswa dalam pembelajaran IPA Hubungan Antara Makhluk Hidup Dalam Ekosistem setelah menerapkan Media Video Pembelajaran Interaktif  di kelas V SDN 4 PAAS.

    6. Manfaat Penelitian

      Sesuai dengan tujuan penelitian, maka penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut:

    a. Bagi guru, dengan menggunakan media Video Pembelajaran Interaktif guru dapat memperbaiki model belajar mengajar guna untuk meningkatkan keaktifan dan kreativitas siswa.

    b. Bagi siswa, dengan menggunakan media Video Pembelajaran Interaktif siswa lebih mudah memahami materi pembelajaran dan meningkatkan kreativitas siswa.

    c.  Bagi sekolah, dapat meningkatkan kualitas pendidikan bagi siswa dan memajukan mutu sekolah, juga iklim pendidikan di sekolah menjadi lebih kondusif.